Kamis. 26 juni 2025
Langkat, Sumatera Utara — Suasana khidmat menyelimuti malam pergantian tahun Jawa yang jatuh pada Sabtu Legi, 28 Juni 2025 atau bertepatan dengan 1 Suro 1959 dalam penanggalan Jawa. Bertempat di kediaman Pak Asbari Sekoci di Simpang Pantai Keruk, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, ratusan warga keturunan Jawa dari berbagai penjuru wilayah berkumpul dalam rangka memperingati malam sakral penuh makna tersebut.
Acara ini bukan sekadar perayaan, melainkan menjadi simbol kekuatan spiritual dan pelestarian tradisi budaya leluhur yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa perantauan di Sumatera Utara. Malam diisi dengan doa bersama, laku tirakat, semedi, serta saling mengucapkan selamat tahun baru sebagai wujud rasa syukur dan harapan akan kehidupan yang lebih baik ke depan.
“Selamat Tahun Baru Jawa 1 Suro 2025. Semoga hidup kita selalu dilimpahi keberkahan dan dijauhkan dari segala kesulitan,” ucap salah satu sesepuh dalam acara tersebut.bernama Asbari
Tradisi Sarat Makna dan Spiritualitas
Dalam tradisi masyarakat Jawa, 1 Suro bukan sekadar penanda tahun baru. Ini adalah momen sakral untuk menenangkan jiwa, mendekatkan diri kepada Tuhan, serta memperkuat tekad dan niat menjalani hidup lebih baik. Warga yang hadir banyak menjalani puasa, tirakat, serta semedi secara mandiri sebelum mengikuti doa bersama.
“Awali tahun baru Jawa dengan niat yang baik, hati yang bersih, dan doa-doa yang tulus. Semoga menjadi awal yang penuh rahmat,” tutur Pak Asbari, tuan rumah sekaligus tokoh masyarakat Jawa setempat.
Ucapan-ucapan singkat sarat makna pun mengalir dalam malam tersebut:
“1 Suro, saatnya membersihkan hati dan memperbarui niat.”
“Tahun baru, semangat baru. Selamat 1 Suro 2025.”
“Sugeng warsa enggal! Semoga langkah kita selalu dalam lindungan-Nya.”
Menjaga Warisan Budaya di Tanah Rantau
Kehadiran ratusan warga dalam peringatan ini menjadi bukti bahwa budaya Jawa tetap hidup meski jauh dari tanah kelahiran. Generasi muda pun turut terlibat aktif dalam pelaksanaan acara, menunjukkan bahwa estafet budaya terus diwariskan dengan semangat kebersamaan.
“Menyambut 1 Suro bukan hanya tentang tradisi, tapi juga momen untuk memperbaiki diri dan mempererat hubungan,” ungkap Ferdi, seorang pemuda yang hadir bersama keluarganya.
Suasana malam yang tenang dipenuhi lantunan doa dan kidung Jawa yang mengalun lembut, menambah kekhidmatan perayaan tersebut. Setelah prosesi doa, warga menyantap hidangan bersama yang telah dipersiapkan secara gotong royong oleh masyarakat setempat, sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur.
Penutup
Peringatan 1 Suro 2025 di Kecamatan Besitang menjadi bukti nyata bahwa akar budaya Jawa tetap lestari dan memberi warna bagi kehidupan masyarakat di perantauan. Di tengah arus modernisasi, semangat menjaga jati diri dan tradisi leluhur terus dipertahankan dalam harmoni dan kesederhanaan.
Sugeng warsa enggal. Mugi kita tansah pinaringan berkah lan tentrem.
(Selamat tahun baru. Semoga kita senantiasa diberi berkah dan kedamaian.)
Pejuanginformasiindonesia. Melaporkan